Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai normal. Kondisi ini seringkali tidak menunjukkan gejala awal, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi. Padahal, jika tidak terkontrol, hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan berbagai masalah kesehatan serius lainnya.
Lantas, apa saja penyebab hipertensi menurut WHO? Bagaimana faktor-faktor risiko tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi?
Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Memahami penyebab hipertensi sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian yang tepat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab hipertensi menurut WHO. Mari kita simak panduan lengkapnya agar kita bisa lebih memahami kondisi ini, serta melakukan upaya pencegahan dan pengendalian yang tepat demi kesehatan jantung dan tubuh kita.
Pengertian Hipertensi

Hipertensi, yang lebih dikenal dengan sebutan tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis di mana tekanan darah seseorang mencapai atau melebihi angka 130/80 mmHg. Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti gagal jantung, penyakit ginjal kronis, hingga meningkatkan risiko stroke yang dapat berujung pada kecacatan atau kematian.
Tekanan darah seseorang diukur dengan menggunakan dua angka yang dipisahkan oleh garis miring. Angka pertama atau angka di sebelah kiri menunjukkan tekanan sistolik, yaitu tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan angka kedua atau yang berada di sebelah kanan garis miring merupakan tekanan diastolik, yaitu tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung dalam kondisi rileks dan menerima kembali darah untuk dipompa ke seluruh tubuh.
Dalam kondisi normal, tekanan darah seseorang umumnya berada di angka 120/80 mmHg. Ini berarti tekanan sistoliknya sebesar 120 mmHg, sementara tekanan diastoliknya 80 mmHg. Namun, ketika tekanan darah melebihi angka tersebut secara terus-menerus, maka seseorang dapat didiagnosis mengalami hipertensi. Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, hipertensi dapat membuat jantung bekerja lebih keras, menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku atau rusak, serta memengaruhi fungsi organ vital lainnya, seperti ginjal, otak, dan mata. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemantauan tekanan darah secara rutin dan mengelola gaya hidup dengan baik untuk mencegah serta mengontrol hipertensi.
Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat bervariasi dan terkadang tidak dapat diketahui secara pasti. Berdasarkan faktor penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah jenis tekanan darah tinggi yang tidak memiliki penyebab yang jelas dan berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Jenis ini merupakan bentuk hipertensi yang paling umum dan sering ditemukan pada sebagian besar penderita tekanan darah tinggi. Faktor risiko seperti gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, serta faktor genetik dapat berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi primer.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat adanya kondisi medis lain yang mendasari atau akibat konsumsi obat-obatan tertentu. Jenis hipertensi ini umumnya muncul secara mendadak dan menyebabkan tekanan darah meningkat lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain:
- Penyakit ginjal kronis
- Hipertiroidisme atau gangguan hormon tiroid
- Penyakit jantung bawaan
- Kelainan pembuluh darah
- Obesitas atau kelebihan berat badan
- Sleep apnea atau gangguan pernapasan saat tidur
- Penyalahgunaan narkotika dan alkohol
- Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pil KB, dekongestan, kortikosteroid, serta obat pereda nyeri tertentu
Selain itu, hipertensi juga bisa dipicu oleh faktor psikologis, seperti stres atau kecemasan yang berlebihan. Contoh yang sering ditemukan adalah white coat hypertension atau hipertensi jas putih, yaitu kondisi di mana seseorang mengalami lonjakan tekanan darah saat berada di lingkungan medis, seperti di rumah sakit atau klinik, namun kembali normal saat berada di rumah.
Penyebab Hipertensi Menurut WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan hipertensi sebagai kondisi di mana tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg dan tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg. Berikut ini klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISHWG.
Kategori | Tekanan Darah Sistolik (mmHg) | Tekanan Darah Diastolik (mmHg) |
Optimal Normal Normal Tinggi | <120 <130 130-139 | <80 <85 85-89 |
Tingkat 1 (Hipertensi ringan) Sub-group: perbatasan | 140-159 140-149 | 90-99 90-94 |
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) | 160-179 | 100-109 |
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) | >180 | >110 |
Hipertensi sistol tensolasi | 140-149 | <90 |
Hipertensi sering kali disebut sebagai “pembunuh diam-diam” (silent killer) karena sering tidak menimbulkan gejala yang jelas hingga terjadi komplikasi yang mengancam jiwa.
Proses Tejadinya Hipertensi
Hipertensi terjadi melalui tiga mekanisme utama, yaitu:
1. Gangguan keseimbangan natrium dalam tubuh: Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan, yang kemudian meningkatkan volume darah dan tekanan darah.
2. Penurunan elastisitas pembuluh darah: Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah dapat menjadi kaku dan kurang fleksibel, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah.
3. Penyempitan pembuluh darah: Ketika pembuluh darah menyempit akibat penumpukan plak lemak atau peradangan, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, yang berujung pada peningkatan tekanan darah.
Gejala Hipertensi

Hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala yang nyata, terutama pada tahap awal. Namun, ketika tekanan darah mencapai tingkat yang sangat tinggi, beberapa gejala berikut dapat muncul:
- Sakit kepala yang parah
- Mimisan (perdarahan dari hidung)
- Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Telinga berdenging
- Gangguan irama jantung
- Mual dan muntah
- Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi
- Hematuria (kencing berdarah)
Pada kondisi hipertensi yang lebih parah, penderita dapat mengalami krisis hipertensi, yaitu keadaan darurat medis di mana tekanan darah mencapai 180/120 mmHg atau lebih. Krisis hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ yang fatal jika tidak segera ditangani.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti usia lanjut, riwayat keluarga dengan hipertensi, obesitas, kebiasaan merokok, serta pola makan yang tidak sehat. Dengan pengelolaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol untuk mencegah komplikasi serius di kemudian hari.