Cuci darah atau dialisis pada anak merupakan prosedur medis yang dilakukan ketika fungsi ginjal sudah tidak lagi mampu menyaring racun dan cairan berlebih dari tubuh. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal akut yang memengaruhi kemampuan ginjal untuk bekerja secara normal.
Ada beberapa penyebab anak cuci darah, mulai dari kelainan bawaan, infeksi berat, hingga penyakit sistemik seperti lupus atau diabetes. Penting bagi orang tua untuk memahami tanda-tanda awal gangguan ginjal pada anak agar penanganan yang tepat bisa segera dilakukan sebelum kondisi memburuk.
Penyebab Anak Cuci Darah
Tidak sedikit anak-anak yang kini harus menjalani prosedur cuci darah. Lalu apa sebenarnya penyebab anak cuci darah?
1. Konsumsi Makanan Tinggi Garam
Penyebab anak cuci darah yang umum terjadi karena konsumsi makanan tinggi garam. Meskipun makanan rumah tangga mungkin tidak terlalu asin, namun camilan kemasan, mie instan, sosis, keju olahan, dan makanan modern sering mengandung garam berlebih.
Makanan tinggi garam dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak ginjal. Sebaiknya periksa label makanan kemasan sebelum membeli dan kurangi penggunaan garam dalam diet sehari-hari.
2. Sering Makan dan Minum yang Manis
TeTak hanya orang dewasa yang sering mengonsumsi minuman manis seperti kopi kekinian dan teh kemasan, anak-anak pun sering mengonsumsi susu kemasan dan camilan manis dengan kandungan gula tinggi. Seperti halnya makanan asin, makanan dan minuman instan ini sudah menjadi bagian dari pola makan sehari-hari.
Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, yang meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes, keduanya adalah penyebab utama penyakit ginjal yang menjadi penyebab anak cuci darah.
3. Sering Makan Makanan Olahan
Penyebab anak cuci darah selanjutnya yaitu karena makanan olahan. Makanan olahan seperti nugget, daging burger, dan sosis kini sering dijadikan menu sehari-hari, bahkan sebagai bekal sekolah atau camilan. Makanan olahan ini seringkali mengandung sodium (garam) dan fosfor yang tinggi.
Kadar fosfor yang berlebihan dapat membahayakan ginjal dan tulang. Sebaiknya, konsumsi makanan “utuh” seperti ayam, ikan, dan udang dalam bentuk aslinya, yang lebih sehat dan tidak melalui proses pengolahan berlebihan.
4. Kurang Minum Air Putih
Dengan banyaknya pilihan minuman kemasan, air putih sering kali diabaikan. Kebiasaan ini mengakibatkan konsumsi air putih yang kurang. Padahal, minum air putih sesuai anjuran sangat penting untuk membantu ginjal membersihkan sodium dan racun dari tubuh serta mencegah pembentukan batu ginjal. Jika kebutuhan cairan tidak tercukupi dengan baik, maka bisa terjadi gagal ginjal yang menjadi penyebab anak cuci darah.
5. Gaya Hidup Sedikit Bergerak
Penelitian menunjukkan bahwa duduk lebih dari 12 jam per hari dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis dibandingkan dengan mereka yang duduk selama 6 jam per hari. Aktivitas fisik yang lebih jarang juga terkait dengan risiko penyakit ginjal yang lebih tinggi dan menjadi penyebab anak cuci darah.
Walaupun hubungan langsung antara kurang bergerak dan penyakit ginjal belum sepenuhnya terbukti, aktivitas fisik yang cukup berhubungan dengan tekanan darah dan metabolisme glukosa, yang penting untuk kesehatan ginjal.
6. Makanan Tinggi Lemak
Makanan tinggi lemak jenuh yang banyak dikonsumsi saat ini tidak hanya menumpuk di bawah kulit, tetapi juga di organ tubuh seperti pembuluh darah, jantung, dan ginjal. Penumpukan lemak di organ-organ ini dapat membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan sehingga menjadi penyebab anak cuci darah.
Bahaya Konsumsi Berlebihan Minuman Kemasan Manis
Dari penjelasan diatas, kita jadi tahu jika penyebab anak cuci darah karena pola makan tidak sehat seperti makanan tinggi garam dan minuman kemasan manis.
Minuman kemasan manis umumnya mengandung gula dan kalori tinggi, yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Berikut adalah beberapa bahaya yang perlu diperhatikan:
1. Meningkatkan Risiko Obesitas
Minuman kemasan manis dapat meningkatkan risiko obesitas. Biasanya mengandung fruktosa, gula sederhana yang cepat dicerna tubuh, sehingga tidak menimbulkan rasa kenyang yang lama. Ini dapat menyebabkan konsumsi berlebihan dan kelebihan kalori, serta berhubungan dengan resistensi leptin, hormon pengatur nafsu makan, yang akhirnya meningkatkan risiko obesitas.
2. Berisiko Menyebabkan Diabetes
Konsumsi minuman kemasan manis berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes dengan menyebabkan resistensi insulin. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengonsumsi minuman manis cenderung mengalami peningkatan resistensi insulin, yang mengganggu pengaturan kadar gula darah dan dapat menyebabkan diabetes.
3. Berpotensi Memicu Penyakit Liver
Fruktosa dalam minuman kemasan tinggi dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati, berpotensi memicu Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). Jika tidak diobati, NAFLD dapat berkembang menjadi kerusakan hati atau gagal hati.
4. Memicu Pembentukan Batu Ginjal
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman kemasan manis, terutama yang mengandung soda, dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Penting untuk mengurangi konsumsi minuman manis untuk menjaga kesehatan ginjal.Jika terjadi masalah ada ginjal, dapat menjadi penyebab anak cuci darah.
Batasan Asupan Gula untuk Anak
American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar anak-anak tidak mengonsumsi lebih dari 6 sendok teh gula tambahan per hari, khususnya untuk usia 2-18 tahun. Rekomendasi ini didasarkan pada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa membatasi asupan gula tambahan dapat membantu orang tua memberikan nutrisi yang lebih baik untuk anak-anak.
Namun, banyak anak di Amerika Serikat mengonsumsi gula lebih dari tiga kali lipat batasan tersebut, umumnya dari minuman bersoda, minuman rasa buah, serta kue dan biskuit. AHA memberikan tiga pedoman berikut:
1. Anak-anak di atas usia 2 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 6 sendok teh atau 25 gram gula tambahan per hari.
2. Anak-anak sebaiknya tidak minum lebih dari satu minuman manis dengan volume 8 ons per minggu.
3. Anak-anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan sama sekali untuk mendukung perkembangan nutrisi dan preferensi rasa mereka.
Konsumsi gula tambahan yang tinggi pada usia dini telah dikaitkan dengan obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe 2, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari. Oleh karena itu, penting untuk membatasi asupan gula pada anak-anak.
Jaga Kesehatan Ginjal dengan Vitameal
Menjaga asupan makan pada anak adalah salah satu upaya menjaga masalah ginjal agar terhindar dari cuci darah. Ada banyak sekali makanan sehat yang bisa bunda pilih untuk anak-anak, salah satunya adalah Vitameal.
Vitameal adalah produk nutrisi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi harian dengan cara yang mudah dan praktis. Vitameal tersedia dalam bentuk bubuk yang mengandung campuran berbagai vitamin, protein, serat dan nutrisi penting lainnya. Produk ini sering kali digunakan sebagai pelengkap makanan untuk membantu tubuh mendapatkan asupan gizi yang cukup. Vitameal juga memberikan rasa kenyang lebih lama, sehingga mengurangi keinginan ngemil pada anak.
Yuk beli Vitameal sekarang!