Klasifikasi hipertensi merupakan langkah penting dalam memahami tingkat keparahan tekanan darah tinggi serta risiko kesehatan yang menyertainya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit kronis paling umum di dunia yang kerap muncul tanpa gejala, namun memiliki dampak serius terhadap jantung, ginjal, dan otak.
Dengan mengenali klasifikasi hipertensi, mulai dari prahipertensi hingga krisis hipertensi, masyarakat dapat lebih waspada dan mengambil tindakan pencegahan maupun pengobatan yang tepat. Artikel ini akan membahas secara detail setiap tingkat klasifikasi hipertensi berdasarkan pedoman medis terkini, termasuk gejala, risiko, dan langkah pengelolaannya.
Klasifikasi Hipertensi

Prahipertensi
Prahipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai hipertensi (tekanan darah tinggi). Ini merupakan fase awal yang berisiko berkembang menjadi hipertensi jika tidak segera ditangani.
Penyebab Prahipertensi
Prahipertensi bisa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:
- Gaya hidup tidak sehat:
- Kurang aktivitas fisik
- Konsumsi garam (natrium) berlebihan
- Diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Faktor genetik/keturunan
- Stres berkepanjangan
- Penuaan, risiko meningkat seiring bertambahnya usia
- Kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal, gangguan hormon, atau diabetes
Gejala Prahipertensi
Prahipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala. Inilah sebabnya sering disebut sebagai silent condition. Banyak orang tidak menyadari bahwa tekanan darah mereka meningkat kecuali mereka melakukan pemeriksaan rutin. Namun dalam beberapa kasus, bisa saja muncul keluhan seperti:
- Sakit kepala ringan
- Pusing
- Kelelahan
- Jantung berdebar
Namun, gejala ini tidak spesifik dan sering tidak terasa sama sekali.
Jika prahipertensi tidak dikontrol, maka kemungkinan besar akan berkembang menjadi hipertensi penuh, yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti:
- Serangan jantung
- Stroke
- Gagal jantung
- Penyakit ginjal kronis
- Gangguan penglihatan
- Disfungsi seksual
Cara Mengatasi dan Mencegah Prahipertensi
Langkah utama mengatasi prahipertensi adalah dengan modifikasi gaya hidup, antara lain:
1. Perbaiki Pola Makan: Kurangi konsumsi garam (maksimal 1.500 mg per hari), hindari makanan olahan dan tinggi natrium, konsumsi sayur, buah, biji-bijian, makanan tinggi kalium, dan kurangi lemak jenuh dan kolesterol.
2. Aktivitas Fisik Teratur: Lakukan olahraga seperti jalan kaki, jogging, atau berenang 30 menit sehari, 5 kali seminggu
3. Turunkan Berat Badan: Menurunkan berat badan meski hanya 5-10% dapat menurunkan tekanan darah
4. Hindari Alkohol dan Rokok: Membatasi atau menghindari konsumsi alkohol dan rokok, dapat menurunkan risiko prahipertensi
5. Kelola Stres: Gunakan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam
6. Pantau Tekanan Darah Secara Berkala: Gunakan tensimeter di rumah atau lakukan cek rutin di fasilitas kesehatan
Hipertensi Tingkat 1
Hipertensi Tingkat 1 adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang melebihi batas normal, tetapi belum masuk kategori berat (Hipertensi Tingkat 2). Ini merupakan tahap awal tekanan darah tinggi yang memerlukan penanganan serius, karena jika tidak dikontrol, dapat berkembang menjadi hipertensi berat dan menimbulkan komplikasi.
Penyebab Hipertensi Tingkat 1
- Gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi garam dan lemak tinggi, pola makan tidak seimbang, kurang olahraga, kebiasaan merokok dan alkohol, kelebihan berat badan atau obesitas, stres berkepanjangan
- Faktor Genetik
- Usia, risiko meningkat di atas usia 40 tahun
- Penyakit Penyerta seperti, diabetes, penyakit ginjal dan gangguan hormon
Gejala Hipertensi Tingkat 1
Banyak penderita tidak merasakan gejala. Namun, beberapa orang bisa mengalami:
- Sakit kepala (terutama di pagi hari)
- Pusing
- Jantung berdebar
- Pandangan kabur
- Rasa berat di tengkuk
- Mudah lelah
- Mimisan (jarang)
Jika tidak ditangani, hipertensi tingkat 1 bisa memicu:
- Penyakit jantung koroner
- Stroke
- Gagal ginjal
- Aneurisma
- Gangguan penglihatan
- Gagal jantung
- Disfungsi ereksi
Hipertensi Tingkat 2

Hipertensi Tingkat 2 adalah tingkat lanjut dari tekanan darah tinggi yang memerlukan penanganan medis segera. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah sudah berada di atas ambang batas aman, dan risiko terjadinya komplikasi seperti stroke, serangan jantung, atau gagal ginjal menjadi jauh lebih tinggi.
Penyebab Hipertensi Tingkat 2
Hipertensi tahap 2 bisa terjadi akibat kombinasi faktor, seperti:
1. Gaya Hidup Tidak Sehat, seperti konsumsi garam, lemak jenuh, dan gula berlebih, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan merokok
2. Faktor Risiko, seperti kegemukan atau obesitas, stres kronis, usia (umumnya > 45 tahun), riwayat keluarga hipertensi dan pola tidur tidak teratur
3. Kondisi Medis Penyerta, seperti diabetes melitus, gangguan ginjal, sleep apnea (henti napas saat tidur), dan penyakit tiroid atau kelainan hormonal lainnya
Gejala Hipertensi Tingkat 2
Banyak penderita tidak merasakan gejala, tapi pada beberapa kasus bisa timbul:
- Sakit kepala berat
- Pusing atau kehilangan keseimbangan
- Penglihatan kabur
- Nyeri dada
- Jantung berdebar-debar
- Mudah lelah
- Sesak napas
- Mimisan (pada tekanan sangat tinggi)
Gejala ini umumnya muncul saat tekanan darah sudah sangat tinggi atau menyebabkan kerusakan organ.
Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi adalah kondisi darurat medis ketika tekanan darah meningkat sangat tinggi secara tiba-tiba, mencapai ≥180 mmHg (sistolik) atau ≥120 mmHg (diastolik). Kondisi ini berpotensi mengancam nyawa dan bisa menyebabkan kerusakan organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, atau mata jika tidak ditangani segera.
Krisis hipertensi dibagi menjadi dua bentuk utama:
1. Hipertensi Urgensi (Hypertensive Urgency)
- Tekanan darah sangat tinggi (≥180/≥120 mmHg)
- Tidak ada kerusakan organ target
- Gejala bisa ringan atau tidak terasa
- Masih bisa ditangani dengan penyesuaian obat oral
Contoh kondisi: sakit kepala ringan, pusing, rasa tidak nyaman
2. Hipertensi Darurat (Hypertensive Emergency)
- Tekanan darah sangat tinggi (≥180/≥120 mmHg)
- Disertai kerusakan organ target akut
- Butuh penanganan segera di UGD atau ICU
Contoh komplikasi: stroke, serangan jantung, gagal ginjal, edema paru, perdarahan otak
Gejala Krisis Hipertensi
Gejala dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan dan organ mana yang terkena, antara lain:
- Sakit kepala berat dan tiba-tiba
- Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan sementara
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Mual dan muntah
- Kebingungan atau kehilangan kesadaran
- Kejang
- Mimisan parah
- Lemah atau mati rasa di wajah, lengan, atau kaki (gejala stroke)
Penyebab Krisis Hipertensi
Beberapa penyebab umum meliputi:
- Tidak minum obat hipertensi sesuai anjuran
- Stres emosional berat
- Penyakit ginjal kronis
- Kehamilan (preeklampsia/eklampsia)
- Penyakit tiroid
- Penyalahgunaan obat-obatan stimulan (kokain, amfetamin)
- Feokromositoma (tumor adrenal penghasil adrenalin)
- Trauma kepala berat
Jika tidak segera ditangani, krisis hipertensi bisa menyebabkan:
- Stroke (perdarahan atau sumbatan otak)
- Serangan jantung
- Gagal ginjal akut
- Kebutaan mendadak
- Edema paru (penumpukan cairan di paru-paru)
- Aneurisma aorta diseksi (pecahnya pembuluh darah besar)
- Kematian
Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko adalah hal-hal yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami hipertensi. Faktor-faktor ini terbagi menjadi dua kategori utama:
1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Non-modifiable)
Ini adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan atau diubah, seperti:
- Usia: Semakin tua, risiko hipertensi meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun seiring bertambahnya usia.
- Jenis Kelamin: Pria lebih berisiko di usia muda/midlife sedangkan wanita lebih berisiko setelah menopause.
- Riwayat Keluarga (Genetik): Jika orang tua atau saudara kandung mengidap hipertensi, risiko kamu lebih tinggi.
- Ras atau Etnis: Orang keturunan Afrika atau Asia Selatan memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan etnis lain.
2. Faktor Risiko yang Dapat Diubah (Modifiable)
Ini adalah faktor yang bisa dikendalikan atau diubah dengan gaya hidup sehat:
a. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
- Berat badan berlebih memaksa jantung bekerja lebih keras dan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah.
b. Pola Makan Tidak Sehat
- Tinggi garam (natrium): konsumsi garam berlebih menyebabkan tubuh menahan cairan → meningkatkan tekanan darah.
- Tinggi lemak jenuh dan kolesterol: mempercepat pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).
- Kurang konsumsi kalium (dari buah dan sayur): kalium membantu menyeimbangkan efek natrium.
c. Kurang Aktivitas Fisik
- Gaya hidup sedentari membuat jantung dan pembuluh darah tidak terlatih → tekanan darah lebih tinggi.
d. Kebiasaan Merokok
- Nikotin menyempitkan pembuluh darah dan mempercepat detak jantung → meningkatkan tekanan darah.
e. Konsumsi Alkohol Berlebihan
- Alkohol merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, terutama jika dikonsumsi rutin dalam jumlah besar.
f. Stres Kronis
- Stres berkepanjangan menyebabkan pelepasan hormon adrenalin yang mempersempit pembuluh darah dan menaikkan tekanan darah.
g. Kurang Tidur / Gangguan Tidur (seperti Sleep Apnea)
- Tidur yang buruk dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik, yang mengatur tekanan darah.
h. Penyakit Kronis
- Kondisi seperti diabetes, penyakit ginjal kronis, dan hipotiroidisme dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Turunkan Risiko Hipertensi dengan Vitameal Less Sugar
Bahaya hipertensi tidak hanya terbatas pada kerusakan pada jantung dan pembuluh darah, tetapi juga dapat mempengaruhi organ-organ lain seperti ginjal, mata, dan otak. Oleh karena itu penting sedari dini menjaga kesehatan dan pandai mengelola stres supaya terhindar dari risiko hipertensi.
Selain dari gaya hidup, menurunkan risiko hipertensi juga bisa dimulai dengan mengonsumsi makanan sehat dan tinggi nutrisi seperti Vitameal Less Sugar. Vitameal Less Sugar sereal sebagai alternatif makanan manis yang rendah gula namun tetap bernutrisi. Vitameal juga berperan sebagai pendamping pola makan sehat untuk mencegah dan mengatasi berbagai macam masalah kesehatan tubuh.
Selain itu, Vitameal Less Sugar juga sebagai alternatif makanan manis rendah gula, menjaga pola makan agar terkontrol kolesterol, kesehatan jantung terjaga, mengurangi risiko penyakit.