Prediabetes adalah kondisi kesehatan yang seringkali tidak disadari banyak orang, namun memiliki dampak yang signifikan terhadap risiko terkena diabetes tipe 2.
Prediabetes ditandai dengan kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal, namun belum mencapai ambang batas untuk didiagnosis sebagai diabetes.
Deteksi dan penanganan dini prediabetes sangat penting, karena dengan perubahan gaya hidup yang tepat, kondisi ini dapat dibalik dan risiko berkembang menjadi diabetes tipe 2 dapat diminimalkan.
Artikel ini akan membahas gejala, faktor risiko, diagnosis, dan langkah-langkah pencegahan yang bisa diambil untuk mengelola pre diabetes secara efektif.
Apa itu Prediabetes?
Prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah (glukosa) meningkat, namun belum mencapai tingkat yang cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Jika tidak ditangani dengan baik, risiko terkena diabetes tipe 2 pada penderita pre diabetes akan lebih tinggi.
Apa perbedaan antara prediabetes dan diabetes? Orang dengan prediabetes memiliki kadar gula darah puasa antara 100-125 mg/dL.
Baca Juga: Mengenal Perbedaan Diabetes Tipe 1 Dan Diabetes Tipe 2
Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar gula darah puasanya mencapai 126 mg/dL atau lebih. Prediabetes menandakan bahwa sensitivitas tubuh terhadap insulin mulai menurun.
Apakah prediabetes bisa sembuh? Ya, pre diabetes dapat diobati untuk mencegah berkembang menjadi diabetes melitus. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting.
Penyebab Prediabetes
Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang digunakan tubuh sebagai sumber energi, dan sebagian besar glukosa berasal dari makanan yang dikonsumsi.
Untuk mengubah glukosa menjadi energi, tubuh memerlukan hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada penderita pre diabetes, proses ini terganggu karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh mengalami resistensi insulin.
Akibatnya, glukosa yang seharusnya diolah menjadi energi malah menumpuk di aliran darah. Jika kondisi ini terus berlanjut, kadar gula darah akan meningkat, berpotensi berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Penyebab pasti pre diabetes belum diketahui, namun ada dugaan bahwa faktor genetik berperan dalam kondisi ini. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik dan kelebihan berat badan juga dianggap sebagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya pre diabetes.
Gejala Prediabetes
Prediabetes sering kali tidak menunjukkan gejala spesifik. Namun, untuk meningkatkan kewaspadaan, berikut adalah beberapa gejala pre diabetes yang mungkin dialami seseorang:
- Penglihatan kabur.
- Luka yang sulit sembuh.
- Frekuensi buang air kecil meningkat.
- Sering kesemutan di tangan dan kaki.
- Mudah merasa lelah.
- Sering merasa lapar dan haus.
Faktor Risiko Pre-diabetes
Pre-diabetes dapat terjadi pada siapa saja, namun ada faktor tertentu yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Penelitian menunjukkan bahwa pre diabetes berkaitan erat dengan gaya hidup dan genetika. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama untuk pre diabetes:
- Usia: Orang berusia lebih dari 45 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena pre diabetes.
- Berat badan Memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 25 meningkatkan risiko pre diabetes, sehingga dokter mungkin menganjurkan skrining.
- Lingkar pinggang: Lingkar pinggang yang berlebihan (laki-laki >90 cm dan wanita >80 cm).
- Ras dan etnis: Pre diabetes lebih umum terjadi pada keturunan Afrika Amerika, Asia Amerika, Hispanik, atau Amerika Asli.
- Pola makan: Konsumsi daging merah, daging olahan, dan minuman manis secara rutin dapat meningkatkan risiko pre diabetes.
- Ketidakaktifan fisik: Olahraga teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal dan menurunkan risiko pre diabetes.
- Riwayat keluarga: Memiliki kerabat dekat dengan diabetes tipe 2 meningkatkan risiko pre diabetes.
- Penggunaan tembakau: Merokok tidak hanya meningkatkan risiko resistensi insulin, tetapi juga berkaitan dengan peningkatan lingkar pinggang.
- Riwayat medis: Kondisi medis seperti sleep apnea, diabetes gestasional, PCOS, tekanan darah tinggi, dan peningkatan kadar kolesterol atau trigliserida dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan pre diabetes.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu berisiko tinggi mengalami pre diabetes, penting untuk rutin memeriksakan kadar gula darah ke dokter. Deteksi dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan segera, sehingga risiko berkembangnya diabetes tipe 2 dapat diminimalkan.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah puasa kamu mencapai 100 mg/dL atau lebih, terutama setelah beberapa kali pemeriksaan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
Diagnosis Prediabetes
Untuk mendiagnosis pre diabetes, dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Ada tiga tes darah yang biasanya dilakukan untuk menentukan apakah seseorang mengalami pre diabetes atau diabetes tipe 2:
1. Tes Gula Darah Puasa (GDP)
Tes ini mengukur kadar gula darah dalam keadaan perut kosong. Pasien harus berpuasa selama 8 jam sebelum tes. Kadar gula darah dianggap normal jika di bawah 100 mg/dL. Kadar 100–125 mg/dL menunjukkan pre diabetes, sedangkan 126 mg/dL atau lebih menunjukkan diabetes tipe 2.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral
Setelah tes gula darah puasa, pasien akan diminta mengonsumsi minuman gula khusus dan menjalani tes gula darah lagi setelah 2 jam. Hasil dianggap normal jika di bawah 140 mg/dL. Angka 140–199 mg/dL menunjukkan pre diabetes, dan 200 mg/dL atau lebih menunjukkan diabetes tipe 2.
3. Tes Hemoglobin A1c (HbA1c)
Tes ini mengukur rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan terakhir dengan mengukur persentase gula yang melekat pada hemoglobin. Hasil normal berada di bawah 5,7%. Kisaran 5,7–6,4% menunjukkan pre diabetes, sedangkan 6,5% atau lebih menunjukkan diabetes tipe 2.
4. Tes Estimasi Glukosa Rata-rata (eAG)
Tes ini juga bisa dilakukan untuk mengetahui rata-rata kadar gula darah dengan lebih akurat, membantu menentukan apakah seseorang menderita pre diabetes atau tidak.
Pengobatan Prediabetes
Jika penderita prediabetes memiliki risiko tinggi untuk diabetes tipe 2, dokter dapat meresepkan metformin untuk menurunkan kadar gula darah. Selain itu, obat untuk mengontrol tekanan darah atau kolesterol mungkin diberikan jika terdapat kondisi penyerta seperti hipertensi atau kolesterol tinggi.
Selain pengobatan, dokter akan menyarankan perubahan gaya hidup, seperti pola makan sehat, program penurunan berat badan, berhenti merokok, dan peningkatan aktivitas fisik.
Vitameal Makanan Sehat untuk Penderita Diabetes
Vitameal adalah daily meal nutrition (sereal sehat) dengan kombinasi fiber kompleks (serealia oat dan multigrain) sebagai sumber karbohidrat dan protein rendah kalori yang diperkaya dengan serat Psyllium Husk serta vitamin dan extra antioksidan yang bersumber dari mixed berry.
Vitameal memiliki kandungan gula yang rendah dan rendah allergen dengan penggunaan susu kambing sehingga Vitameal aman dikonsumsi setiap hari bagi penderita diabetes. vitameal dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sarapan, pendamping makan malam maupun camilan disela-sela makan.
Itulah penjelasan mengenai pre diabetes. Penting bagi kita untuk rutin cek kadar gula darah supaya mendapat penanganan yang tepat